Opini : “Efektivitas Penggunaan Baliho dalam Pilkada 2024 Ditinjau dari Perspektif Komunikasi Politik”

Oleh : yulianus, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNIFA Makassar

Kampanye politik di Indonesia, khususnya dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, mengalami evolusi yang signifikan dengan maraknya penggunaan teknologi digital. Meskipun demikian, baliho sebagai media kampanye tradisional tetap memiliki peran yang tidak dapat diabaikan. Baliho, dengan ukuran dan visibilitasnya yang besar, menawarkan platform yang efektif untuk menjangkau khalayak luas, terutama di area yang strategis seperti jalan-jalan utama dan pusat keramaian. Kehadiran baliho ini sering kali menjadi salah satu elemen kunci dalam kampanye politik, terutama bagi calon yang ingin memastikan pesan mereka disampaikan secara luas dan terlihat oleh banyak orang.

Namun, dalam era digital yang serba cepat ini, penting untuk mengevaluasi seberapa efektif baliho dalam menyampaikan pesan politik dibandingkan dengan metode kampanye lainnya. Penggunaan baliho harus dianalisis tidak hanya dari segi visibilitas, tetapi juga dari perspektif komunikasi politik untuk memahami sejauh mana baliho dapat mempengaruhi persepsi publik dan mendukung tujuan kampanye. Apakah baliho masih relevan dan efektif dalam konteks modern, ataukah ia mulai kehilangan daya tariknya di tengah maraknya strategi kampanye berbasis digital?

Dengan memeriksa efektivitas baliho melalui lensa teori komunikasi politik, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana media kampanye ini berfungsi dalam mempengaruhi opini publik dan membangun citra calon. Pendekatan ini membantu kita memahami mekanisme komunikasi yang terjadi antara calon dan pemilih serta bagaimana baliho dapat mempengaruhi persepsi dan keputusan pemilih dalam Pilkada 2024.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan bahwa penggunaan baliho tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari strategi komunikasi yang lebih luas. Integrasi baliho dengan media digital, interaksi langsung, dan kegiatan kampanye lainnya dapat meningkatkan efektivitasnya dan memastikan bahwa pesan politik mencapai audiens dengan cara yang lebih holistik dan terkoordinasi.

Dalam opini ini, kita akan membahas teori-teori komunikasi politik yang relevan dan bagaimana teori-teori ini mendukung pemahaman kita tentang penggunaan baliho dalam kampanye Pilkada. Dengan demikian, diharapkan pembaca dapat memperoleh gambaran yang komprehensif tentang peran baliho dalam strategi komunikasi politik saat ini dan bagaimana calon dapat memanfaatkannya secara maksimal.

Teori Agenda-Setting

Teori Agenda-Setting, yang dikembangkan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw, mengemukakan bahwa media massa memiliki kekuatan untuk menentukan agenda publik dengan menonjolkan isu-isu tertentu. Dalam konteks baliho, teori ini relevan karena baliho dapat berfungsi sebagai alat untuk menyoroti isu-isu utama yang ingin disampaikan oleh calon. Baliho yang diletakkan di lokasi strategis dapat membantu menarik perhatian publik pada isu-isu tertentu, mirip dengan bagaimana media massa menekankan berita tertentu untuk mempengaruhi persepsi publik.

Dalam praktiknya, baliho yang menonjolkan pesan-pesan tentang isu-isu krusial, seperti infrastruktur, pendidikan, atau kesehatan, dapat mempengaruhi bagaimana pemilih memprioritaskan isu-isu tersebut dalam pemilihan mereka. Baliho yang efektif mampu menciptakan kesadaran dan menempatkan isu-isu tertentu di agenda publik, sesuai dengan prinsip-prinsip dari teori agenda-setting.

Teori Identitas Sosial

Teori Identitas Sosial yang dikemukakan oleh Henri Tajfel dan John Turner menjelaskan bahwa individu mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok atau entitas tertentu berdasarkan citra dan simbol. Baliho dapat membentuk asosiasi visual yang kuat dengan calon, melalui gambar, slogan, dan logo yang tertera. Ini membantu pemilih mengidentifikasi dan merasa terhubung dengan calon berdasarkan simbol-simbol yang ditampilkan.

Misalnya, baliho yang menampilkan gambar calon dengan latar belakang komunitas lokal atau dengan pesan yang resonan dengan nilai-nilai masyarakat dapat memperkuat rasa identifikasi dan dukungan dari pemilih. Teori ini mendukung pemahaman bahwa desain dan konten baliho dapat mempengaruhi bagaimana calon dipersepsikan dan diterima oleh masyarakat.

Teori Framing

Teori Framing yang dikembangkan oleh Erving Goffman menjelaskan bagaimana cara pesan dikemas mempengaruhi interpretasi dan pemahaman audiens. Dalam konteks baliho, framing dapat dilihat dari bagaimana desain dan pesan disusun untuk menyampaikan citra atau pandangan tertentu tentang calon. Baliho yang dirancang dengan cara yang menarik dan memengaruhi bisa membingkai calon dalam cahaya yang positif atau sesuai dengan isu-isu yang penting bagi pemilih.

Dengan memilih gambar, warna, dan teks yang tepat, baliho dapat membentuk cara pandang publik terhadap calon, menyoroti keunggulan mereka, atau mengasosiasikan mereka dengan isu-isu tertentu. Framing yang efektif membantu dalam membentuk persepsi yang diinginkan oleh calon dalam benak pemilih.

Teori Komunikasi Interpersonal

Teori Komunikasi Interpersonal menekankan pentingnya interaksi personal dalam membangun hubungan dan kepercayaan. Meskipun baliho adalah media yang kurang personal dibandingkan dengan interaksi tatap muka, elemen desain dan konten yang dipilih dapat memberikan kesan yang lebih personal dan relevan bagi pemilih. Misalnya, baliho yang menampilkan calon berinteraksi dengan masyarakat lokal atau menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu komunitas dapat menciptakan kesan kedekatan dan empati.

Teori ini mendukung gagasan bahwa meskipun baliho tidak memungkinkan interaksi langsung, cara penyampaian pesan dapat menciptakan rasa kedekatan dengan calon, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi hubungan emosional pemilih dengan calon tersebut.

Teori Keterlibatan dan Responsivitas

Teori Keterlibatan dan Responsivitas menjelaskan bagaimana audiens terlibat dengan pesan berdasarkan relevansi dan responsivitas pesan tersebut terhadap kebutuhan atau keinginan mereka. Baliho yang efektif biasanya dirancang untuk menarik perhatian dengan pesan yang relevan dan menarik bagi audiens target. Dalam konteks Pilkada, pesan yang menyoroti isu-isu lokal atau kebutuhan spesifik masyarakat dapat meningkatkan keterlibatan pemilih dengan pesan tersebut.

Baliho yang dirancang dengan memperhatikan kebutuhan dan preferensi audiens akan lebih efektif dalam menarik perhatian dan mendorong respons positif dari pemilih. Teori ini menunjukkan bahwa baliho yang responsif terhadap konteks lokal dan audiens target dapat meningkatkan efektivitasnya dalam kampanye politik.

Kesimpulan

Penggunaan baliho dalam kampanye politik Pilkada 2024 tetap relevan dan efektif jika dilihat dari beberapa perspektif teori komunikasi politik. Meskipun era digital membawa banyak inovasi dalam strategi kampanye, baliho menawarkan visibilitas yang tinggi dan kemampuan untuk menyampaikan pesan secara langsung dan sederhana kepada audiens luas. Dalam hal ini, teori-teori komunikasi politik seperti Agenda-Setting, Identitas Sosial, Framing, Komunikasi Interpersonal, dan Keterlibatan dan Responsivitas memberikan landasan yang kuat untuk memahami peran baliho dalam kampanye politik.

Teori Agenda-Setting menunjukkan bahwa baliho dapat membantu menyoroti isu-isu penting dan menempatkannya dalam agenda publik, mirip dengan bagaimana media massa mempengaruhi prioritas isu. Teori Identitas Sosial menegaskan pentingnya asosiasi visual dan simbolik dalam membentuk hubungan calon dengan pemilih, sementara Teori Framing menunjukkan bagaimana desain dan penyampaian pesan dapat membentuk persepsi publik tentang calon.

Meskipun baliho memiliki keterbatasan dalam memberikan informasi mendalam dan interaksi personal, teori Komunikasi Interpersonal menyarankan bahwa elemen desain yang personal dapat menciptakan rasa kedekatan dan empati dengan pemilih. Sementara itu, teori Keterlibatan dan Responsivitas menekankan pentingnya relevansi pesan dalam meningkatkan keterlibatan pemilih.

Secara keseluruhan, baliho harus digunakan sebagai bagian dari strategi komunikasi politik yang lebih luas, yang mengintegrasikan media digital, interaksi langsung, dan kegiatan kampanye lainnya. Dengan memanfaatkan kekuatan baliho dan menggabungkannya dengan metode kampanye lainnya, calon dapat mencapai audiens secara lebih holistik dan efektif. Dengan mempertimbangkan teori-teori komunikasi politik yang relevan, calon dapat merancang baliho yang tidak hanya menarik perhatian tetapi juga memperkuat pesan kampanye mereka dalam Pilkada 2024. (yul.lutim@gmail.com)